Jumat, 07 Februari 2014

Proses Penyambungan Tulang


1.     Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur (Apley, 1995). Hal ini mengakibatkan gangguan suplay darah pada tulang yang berdekatan dengan fraktur dan mematikannya.

2.     Proliferasi
Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Hematoma yang membeku perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke dalam daerah itu.

3.     Pembentukan callus
Selama beberapa minggu berikutnya, periosteum dan endosteum menghasilkan callus yang penuh dengan sel kumparan yang aktif. Dengan pergerakan yang lembut dapat merangsang pembentukan callus pada fraktur tersebut.

4.     Konsolidasi
Selama stadium ini tulang mengalami penyembuhan terus-menerus. Fragmen yang patah tetap dipertahankan oleh callus sedangkan tulang mati pada ujung dari masing-masing fragmen dihilangkan secara perlahan, dan ujungnya mendapat lebih banyak callus yang akhirnya menjadi tulang padat (Maurice King, 2001). Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban yang normal.

5.     Remodeling
Tulang yang baru terbentuk, dibentuk kembali sehingga mirip dengan struktur normal. Semakin sering pasien menggunakan anggota geraknya, semakin kuat tulang baru tersebut.

Faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur :
a.    Imobilisasi fragment tulang.
b.   Kontak fragment tulang maksimal.
c.    Asupan darah yang memadai.
d.   Nutrisi yang baik.
e.    Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.
f.    Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik.

Faktor yang menghambat penyembuhan tulang :
a.    Trauma lokal ekstensif.
b.   Kehilangan tulang.
c.    Imobilisasi tak memadai.
d.   Rongga atau jaringan di antara fragmen tulang.
e.    Infeksi.
f.    Keganasan lokal.
g.   Penyakit tulang metabolik (mis. penyakit Paget).
h.   Radiasi tulang (nekrosis radiasi atau nekrosis avaskuler).
i.     Usia (lansia sembuh lebih lama).

Patofisiologi Fraktur


Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah di bagian korteks, sumsum tulang dan jaringan lunak didekatnya (otot) cidera pembuluh darah ini merupakan keadaan derajat yang memerlukan pembedahan segera sebab dapat menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang terakumulasi menimbulkan pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera yang apabila di tekan atau di gerakan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang mengakibatkn syok neurogenik.

Sedangkan kerusakan pada system persyarafan akan menimbulkan kehilangan sensasi yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada fraktur juga terjadi keterbatasan gerak oleh karena fungsi pada daerah cidera. Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah, kedalam jaringan lemak tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur.

Sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa – sisa sel mati di mulai. Di tempat patah terdapat fibrin hematoma fraktur dan berfungsi sebagai jala-jala untuk membentukan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yg disebut callus.Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tuulang baru mengalmi remodelling untuk membentuk tulang sejati. 

Manifestasi Klinis Fraktur


1.   Deformitas.

2.   Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang brrpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a.    Rotasi pemendekan tulang.
b.   Penekanan tulang.

3.   Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

4.   Echumosis dan perdarahan subculaneus.

5.   Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.

6.   Tendernes/keempuka.

7.   Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

8.   Kehilangan sensasi  (Mati rasa, munkin terjadi dari rusaknya saraf / perdarahan).

9.   Pergerakan abnormal.

10.    Syock hipovolemik dari hilangnya  hasil darah.

11.    Krepitasi.

Etiologi Fraktur


1.     Trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat yang terkena, hal ini juga
mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya. jika kekuatan tidak langsung mengenai
tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan
jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada. Fraktur karena trauma dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a.    Trauma langsung. Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
b.   Trauma tidak langsung. Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

2.     Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan tulang akibat suatu
proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau osteoporosis.

3.     Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang juga bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak mampu mengabsorpsi
energi atau kekuatan yang menimpanya.

4.     Spontan . Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

5.     Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi atau gerakan memuntir yang keras.

6.     Fraktur tibia dan fibula secara umum akibat dari pemutaran pergelangan kaki yang kuat dan sering dikait dengan gangguan kesejajaran.

FRAKTUR


         Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi menjadi :
a.    Fraktur complete, dimana tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih
b.   Fraktur incomplete (parsial). Fraktur parsial terbagi lagi menjadi :
1)  Fissure/Crack/Hairline, tulang terputus seluruhnya tetapi masih di tempat, biasa terjadi di tulang pipih.
2)  Greenstick Fracture, biasa terjadi pada anak-anak dan pada os. radius, ulna, clavicula dan costae.
3)  Buckle Fracture, fraktur dimana korteksnya melipat ke dalam.

Berdasarkan garis patah atau konfigurasi tulang :
a.    Transversal, garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-1000 dari sumbu tulang)
b.   Oblik, garis patah tulang melintang sumbu tulang (<800 atau >1000 dari sumbu tulang)
c.    Longitudinal, garis patah mengikuti sumbu tulang
d.   Spiral, garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih
e.    Comminuted, terdapat dua atau lebih garis fraktur.

Berdasarkan hubungan antar fragman fraktur :
a.    Undisplace, fragment tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya
b.   Displace, fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas :
1)  Shifted Sideways, menggeser ke samping tapi dekat
2)  Angulated, membentuk sudut tertentu
3)  Rotated, memutar
4)  Distracted, saling menjauh karena ada interposisi
5)  Overriding, garis fraktur tumpang tindih
6)  Impacted, satu fragmen masuk ke fragmen yang lain.

Secara umum berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur dengan dunia luar,
fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a.    Fraktur tertutup, apabila kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh
b.   Fraktur terbuka, apabila kulit diatasnya tertembus dan terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang sehingga cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi. fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :
1)     Derajat I
a)   luka kurang dari 1 cm
b)   kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
c)   fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
d)   Kontaminasi ringan.
2)     Derajat II
a)   Laserasi lebih dari 1 cm
b)   Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c)   Fraktur komuniti sedang.
3)     Derajat III
      Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta
      kontaminasi derajat tinggi.
 

X - Rays Addicted Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review