Selasa, 04 Februari 2014

BNO IVP

BNO merupakan satu istilah medis dari bahasa Belanda yang merupakan kependekan dari Blass Nier Overzicht (Blass = Kandung Kemih, Nier = Ginjal, Overzicht = Penelitian). Dalam bahasa Inggris, BNO disebut juga KUB (Kidney Ureter Blass). Jadi, pengertian BNO adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen / pelvis untuk mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut khususnya pada sistem urinaria.

Kegunaan Foto BNO :
  1. Mendeteksi penyakit pada sistem urinaria, misalnya batu ginjal (pada foto rontgen, batu ginjal akan terlihat opaque (putih)).
  2. Sebagai plain photo (foto pendahuluan) pada rangkaian pemeriksaan BNO IVP.
IVP atau Intra Venous Pyelography merupakan pemeriksaan radiografi pada sistem urinaria (dari ginjal hingga blass) dengan menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh darah vena.

Tujuan Pemeriksaan BNO IVP :
Untuk mendapatkan gambaran radiografi dari letak anatomi dan fisiologi serta mendeteksi kelainan patologis dari ginjal, ureter dan blass.

Indikasi pemeriksaan IVP antara lain nephrolithiasis (batu ginjal), vesicolithiasis (batu vesica urinari), nefritis (radang ginjal), cystitis (radang vesica urinari), ureterolithiasis (batu ureter), tumor, hipertrofi prostat.

Pada pemeriksaan IVP, bahan kontras yang digunakan berbahan baku yodium (I) dan jenis bahan kontrasnya positif (yang tampak opaque pada foto rontgen)

Syarat Bahan Kontras yang digunakan dalam Pemeriksaan BNO IVP :
  1. Memiliki nomor atom yang tinggi (seperti : Iodium, nomor atomnya 53), sehingga zat kontras akan tampak putih pada jaringan.
  2. Non Toxic atau tidak beracun, dapat ditolerir oleh tubuh.
  3. Bersifat water soluble dan non ionik atau larut dalam air artinya dapat dengan mudah diserap atau dikeluarkan dari tubuh setelah pemeriksaan.
Efek samping terjadi pada pasien yang alergi terhadap yodium (makanan laut) dan kelainan pada jantung. Efek samping yang dapat terjadi diantaranya :
  1. Efek samping ringan, seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi merah dan bentol-bentol
  2. Efek samping sedang, seperi edema dimuka/pangkal tenggorokan
  3. Efek samping berat, seperti shock, pingsan, gagal jantung.
Pencegahan terhadap pasien yang alergi terhadap bahan kontras :
  1. Melakukan skin test. Skin test adalah tes kepekaan kulit terhadap bahan kontras yang disuntikkan sedikit dipermukaan kulit (subkutan). Bila terjadi reaksi merah atau bentol diarea itu, segera laporkan radiolog/dokter yang jaga.
  2. Melakukan IntraVena test setelah skin test dinyatakan aman. IV test yaitu dengan menyuntikan bahan kontras kurang lebih 3-5cc kedalam vena. Segera laporkan dokter jika terjadi reaksi.
  3. Memberikan obat pencegahan alergi seperti antihistamin sebelum pemasukan bahan kontras (contohnya : diphenhydramine).
Penanganan terhadap pasien yang alergi terhadap bahan kontras :
  1. Reaksi ringan seperti rasa mual dapat diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan melalui mulut.
  2. Reaksi berat diperlukan pengobatan atau pertolongan lainnya atau bila perlu menghentikan pemeriksaan (sesuai arahan radiolog).
Persiapan yang harus dilakukan oleh pasien sebelum melakukan pemeriksaan BNO IVP :
  1. Sehari sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk makan-makanan lunak yang tanpa serat (seperti bubur kecap) maksudnya supaya makanan tersebut mudah dicerna oleh usus sehingga faeces tidak keras.
  2. Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada lagi sisa makanan diusus, selanjutnya puasa sampai pemeriksaan berakhir.
  3. Malam hari pukul 21.00, pasien diminta untuk minum laksatif (dulcolax) sebanyak 4 tablet.
  4. 8 Jam sebelum pemeriksaan dimulai, pasien tidak diperkenankan minum untuk menjaga kadar cairan.
  5. Pagi hari sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta untuk memasukkan dulcolax supossitoria melalui anus, supaya usus benar-benar bersih dari sisa makanan / faeces.
  6. Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak bicara dan tidak merokok supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran pencernaan)
Tujuan Persiapan Pasien Sebelum dilakukan Pemeriksaan BNO IVP :
Untuk membersihkan usus (gastro intestinal) dari udara dan faeces yang dapat mengganggu visualisasi dari foto IVP atau menutupi gambaran ginjal dan saluran-salurannya. Pemeriksaan yang tidak baik terlihat dari bayangan lucent di usus karna udara dan faeces.

Selain menjalankan persiapan diatas, pasien diminta untuk melampirkan hasil pemeriksaan lab dari creatinin dan ureum sebelum pemeriksaan BNO IVP. Nilai kreatinin menunjukkan fungsi penyaringan ginjal masih normal atau tidak. Nilai kreatinin yang dianggap normal dan boleh melakukan pemeriksaan IVP biasanya < 2,0. Nilai kreatinin yang tinggi saat pemeriksaan IVP menyebabkan kontras tidak dapat disaring dalam ginjal sehingga membahayakan bagi pasien.

Persiapan peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan BNO IVP :


    • Peralatan Steril :
  1. Spuit 1cc (untuk skin test)
  2. Spuit 3 cc (untuk persiapan obat emergency)
  3. Spuit 50 cc (untuk bahan kontras)
  4. Wing needle
  5. Jarum no 18
  6. Kapas alkohol
    • Peralatan Unsteril :
  1. Kontras media (contoh : iopamiro, ultravist)
  2. Stuwing (pembendung vena)
  3. Gunting
  4. Plester
  5. Obat-obatan emergency (contoh : dhypenhydramine)
Prosedur Pemeriksaan BNO IVP :
  1. Pasien diwawancarai untuk mengetahui sejarah klinis dan riwayat alergi.
  2. Pasien diminta untuk mengisi informed consent (surat persetujuan tindakan medis setelah pasien dijelaskan semua prosedur pemeriksaan).
  3. Buat plain photo BNO terlebih dahulu.
  4. Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test dan IV test sebelum dimasukkan bahan kontras melalui vena fossa cubiti
  5. Sebelum melakukan penyuntikan, pasien ditensi terlebih dahulu.
  6. Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan menginstruksikan pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan dari mulut guna menminialkan rasa mual yang mungkin dirasakan pasien
  7. Membuat foto 5 menit post injeksi
  8. Membuat foto 15 menit post injeksi
  9. Membuat foto 30 menit post injeksi
  10. Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil (pengosongan blass) kemudian difoto lagi post mixi.
  11. Foto IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berjam-jam jika kontras belum turun.
Sebelum pemeriksaan BNO IVP dilakukan, sebelumnya dilakukan foto plain pendahuluan terlebih dahulu. Tujuannya yaitu :
  1. Untuk menilai persiapan yang dilakukan pasien
  2. Untuk melihat keadaan rongga abdomen khususnya tractus urinaria secara umum.
  3. Untuk menentukan faktor eksposi yang tepat untuk pemotretan berikutnya sehingga tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan faktor eksposi.
Teknik Pemeriksaan BNO IVP :
Teknik pemeriksaan BNO IVP dilakukan dengan interval waktu tertentu yang disesuaikan dengan lamanya aliran bahan kontras untuk mengisi ginjal sampai bahan kontras itu masuk ke blass.

1. Plain foto BNO AP (sebelum injeksi)
Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan memanjang.
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping tubuh.
PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; 2. Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film; 3. Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada sympisis pubis.
CP : Umbilikus
CR : Vertikal tegak lurus film

 2. Foto 5 menit post injeksi
Menggunakan kaset 24 x 30 yang diletakkan melintang.
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping tubuh.
PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; 2. Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film; 3. Aturlah kaset dengan batas atas pada processus xypoideus dan batas bawah pada crista iliaca/SIAS
CP : pertengahan film
CR : Vertikal tegak lurus film

 3. Foto 15 menit post injeksi
Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan memanjang.
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping tubuh.
PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; 2. Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film; 3. Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada sympisis pubis.
CP : Umbilikus
CR : Vertikal tegak lurus film

4. Foto 30 menit post injeksi
Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan memanjang.
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan kedua tangan lurus disamping tubuh.
PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; 2. Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film; 3. Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada sympisis pubis.
CP : Umbilikus
CR : Vertikal tegak lurus film

5. Foto post mixi
Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan memanjang.
Semua foto dikonsultasikan ke dokter spesialis radiologi. Jika dokter meminta foto post mixi, pasien diminta untuk buang air kecil untuk mengosongkan blass dari media kontras.
PO : 1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi; 2. Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film; 3. Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada sympisis pubis.
CP : Umbilikus
CR : Vertikal tegak lurus film
 

X - Rays Addicted Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review